Green Leader 9
Dampak perubahan iklim dari hari ke hari semakin terasa dengan meningkatnya suhu global, cuaca ekstrim, naiknya permukaan air laut, penurunan kualitas udara, dan kerusakan ekosistem hingga disebut sebagai darurat iklim.
Eco camp turut terlibat dalam perjuangan melawan darurat iklim melalui program Green Leader yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2015. Pada tahun 2023 ini, Eco Camp kembali mengadakan program Green Leader angkatan ke 9 sebagai sarana perjumpaan dan peneguhan para pejuang lingkungan dengan harapan saling menguatkan dalam berjuang bersama.
Program ini menghadirkan para peserta dari seluruh daerah di Indonesia. Sebanyak 32 peserta hadir untuk berdinamika selama 11 hari 10 malam di Eco Camp Bandung untuk menghasilkan leader ekologis yang mampu menerima diri, berkesadaran penuh, bertindak reflektif,dan memahami panggilan hidupnya. Green Leader 9 juga menjadi program untuk menghasilkan leader yang semakin mantap melakukan perjuangan lingkungan menjadi penggerak masyarakat untuk menjaga harmonisasi alam terutama dalam isu reduksi karbon. Peserta juga diarahkan untuk menghasilkan modul yang menyajikan aksi-aksi peserta dalam terlibat aktif berjuang untuk lingkungan terutama isu reduksi karbon yang dapat diimplementasikan di tempat lain.
Kolonel Badri membuka rangkaian pelatihan dengan pengetahuan kebangsaan dan kedisiplinan, ini sebagai pintu gerbang para peserta membuka diri dalam perjuangan lingkungannya agar tetap pada koridor cinta tanah air Indonesia. Pastor Ferry sebagai Ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup menyapa para peserta serta mengenalkan yayasan ini terkhususnya program Green Leader 9. Ia mengajak para peserta untuk tau apa yang sebenarnya ingin mereka dapatkan dalam pelatihan ini dan bagaimana mereka harus bertindak dan bersikap agar tujuan tersebut tercapai (Give to Get).
Mulai dari hari pertama sampai ketiga peserta diajak untuk mendalami dan mengenal diri sendiri dengan latihan kesadaran penuh dan pengolahan serta pengenalan diri. Hal ini dimaksudkan agar para Green Leader mampu mengenali dan mengelola kelemahan dan potensi diri untuk bertindak maju. Romo Yohanes Nugroho, SJ mendampingi para peserta untuk mengolah diri dalam refleksi harian. Melihat serta merasakan peristiwa yang memberi makna dan pelajaran pada keseharian. Tidak hanya refleksi, beliau juga mengajak peserta lebih mengenal diri melalui enneagram. Selain itu, membangun koneksi dengan alam juga dapat membantu kita menjadi lebih reflektif dan mengenal diri. Ibu Shierly Megawati, satu diantara pendiri Yayasan juga ikut memberikan penyadaran serta bentuk latihan bagaimana terkoneksi dengan alam yang selama ini terus diterapkan di Eco Camp melalui teori membumi. Kemudian peserta bersama-sama berlatih bersama tim program Eco Camp dan memimpin membumi setiap pagi dalam proses pelatihan ini. Ditambah lagi oleh pengetahuan Access Bars untuk membantu peserta melepaskan tekanan dan emosi negatif dalam diri yang dibagikan oleh Pak Rianto.
Hari keempat sampai keenam dinamika dilanjutkan dengan mengajak peserta untuk terjun melihat langsung aksi atau komunitas yang sudah bergerak di bidang pertanian, pengolahan sampah, pendidikan dan konservasi. Datang melihat, berdiskusi, dan berdinamika bersama komunitas di sekitar Bandung untuk mendapatkan inspirasi baru. Peserta juga diajak untuk menyadari situasi bumi saat ini khususnya dalam hal jejak karbon. Para pemateri juga hadir untuk membuka wawasan kepada peserta bagaimana karbon bisa terjadi dan dapat diseimbangkan. Pembelajaran tidak hanya melalui kelas dan teori namun peserta juga diajak untuk melihat langsung kondisi sekitar. Melalui kegiatan live in, peserta keluar dari kelas untuk berdinamika langsung demi mendapatkan inspirasi dan peneguhan sehingga bisa mengembangkan aksi yang telah mereka lakukan. Simposium Awakening The Dreamer, Change the Dream dari aliansi Pachamama yang dibawakan oleh Pak Alexander Iskandar yang juga merupakan satu diantara pendiri yayasan mengajak peserta untuk melihat proses bumi ini melalui empat pertanyaan: Dimana Kita Saat Ini? Mengapa Bisa Sampai disini? Apa yang Mungkin Sekarang? Kemana Kau Akan Melangkah?
Proses hari ketujuh dan kedelapan dilanjutkan dengan presentasi dari setiap peserta tentang proyek lingkungan yang sudah mereka jalankan. Eco Camp menghadirkan para narasumber di bidang sampah: Wilma Chrysanti (Kota Bebas Sampah); bidang pertanian: Vanya Febrianti dan Galih (Senin Tani); bidang pendidikan: Paula Ruliyati (Pengajar di SD Tarakanita); dan bidang konservasi: Agustinus Irawan (Komunitas Sungai Sleman); bidang medsos dan manajemen proyek: Irfan Amali (Peace Generation Indonesia). Mereka hadir untuk memberikan input untuk proyek para peserta Green Leader 9.
Setelah berdinamika selama delapan hari, pada hari kesembilan dan kesepuluh para Green Leaders dimantapkan untuk keluar sebagai pemimpin yang memiliki kesadaran penuh, melakukan gerakkan untuk menjaga harmonisasi alam kepada masyarakat luas. Semua proses dirangkum dalam active hope guna tetap terus menghidupkan harapan di tengah kegelisahan akan bumi yang rusak. Melalui proses milling, peserta diajak untuk terus menyadari bahwa mereka tidak bergerak dan berjuang sendiri tetapi ada teman yang selalu mendukung namun sering kita abaikan. Peneguhan juga datang dari Catharina Latjuba woman behind Green Leader, Ia yang juga ikut mencetuskan program Green Leader ini dari tahun 2015 hingga 2023. Hadir juga Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia tahun 2016 – 2023 yang turut memberikan peneguhan kepada Green Leader tahun 2023 ini. Malam terakhir ditutup dengan malam cahaya dan inagurasi sebagai tanda bahwa Green Leader siap untuk pergi dan bergerak untuk daerahnya masing-masing.
Dinamika selama 11 hari 10 malam memberikan warna tersendiri bagi peserta dan juga Eco Camp. Datang dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda namun mempunyai mimpi dan visi yang sama. Walau demikian semua gerakan dan perjuangan adalah untuk Bumi rumah kita satu-satunya dan untuk tanah tumpah darah Indonesia.